Oleh : karangasemkab | 14 Januari 2013 | Dibaca : 964 Pengunjung
Penulis: Komang Pasek Antara
Setiap menjelang pergantian tahun, khususnya bagi umat Hindu di Bali, kalender menjadi suatu kebutuhan, karena semua aktivitas hidup sehari–hari sekala (dunia yata) dan niskala (upacara agama) selalu berpedoman pada kalender Bali.Berbicara lebih dalam tentang kalender (penanggalan), tentu akan menemukan istilah Tarikh (bahasa arab), yaitu perhitungan tentang tanggal, bulan dan tahun. Dan istilah tersebut banyak umat Hindu khususnya Bali belum mengenalnya.
Menurut penyusunan kalender Bali, I Wayan Gina (alm), asal Banjar Galiran, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali, secara garis besar Tarikh dapat dibedakan menjadi dua jenis: Trikh surya (matahari) yang disebut solar system, dan satu tahunnya berumur 365/366 hari, sesuai dengan waktu yang diperlukan bumi untuk sekali mengedari matahari (365 hari + 5jam + 48 menit + 46 detik).
Tarikh Candra (bulan), disebut juga lunar system yang dalam setahun umurnya 354/355 hari terdiri dari 12 bulan yang umur bulan–bulannya sesuai dengan waktu yang diperlukan bulan untuk sekali mengedari bumi (29 hari+12 jam+44 menit+9 detik).
Satu tahun candra adalah 354 hari+8 jam+49 menit+48 detik). Tarikh yang dikenal terdiri dari berbagai macam yakni: Tarikh Saka (Bali), Tarikh Tenganan (Desa Tenganan), Tarik Masehi, Tarikh Arab, Tarikh Jawa dan Tarikh Imlek.
Tarikhtersebut kata Wayan Gina, dapat digunakan sebagai bahan dalam penyusunan Kalender.
Tahun Saka (Bali)
Setiap Hari Raya Nyepi di Bali mengalami pergantian tahun Saka, atau dengan kata lain Tahun Saka (Bali) berakhir pada Tilem Kesanga atau bulan kesembilan, dan tahun barunya dimulai penanggalan 1 sasih Kadasa atau bulan kesepuluh.Bulan Pebruari ini terhitung Saka 1931.
I Wayan Gina yang telah penyusun kalender sejak tahun 1950 dalam bukunya ”Aneka Tarik” menyebutkan, Tarikh Saka (Isakawarsa) diciptakan pada tahun 78 M oleh Maharaja Kaneskha dari Suku Bangsa Saka atau Scyth, berasal dari utara negara Iran dan Afganistan, yaitu raja terkenal yang pernah menguasai sebagian besar India Utara dan India Barat.
Isakawarsa diciptakan untuk memperingati kejayaan dan kebesaran Maharaja Kaneskha, sebagaimana halnya Kaisar Glorius pada zaman keemasan Romawi menciptakan Tarikh Masehi untuk memperingati pengobatannya.
Dalam Kala Warta.No 1/KW/1961, awalnya perhitungan Tarikh Saka dibawa ke Jawa (Indonesia) oleh Sri Aji Saka. Tarikh itu digunakan di Jawa dengan Kedatangan Agama Islam pada tahun 1555 Saka, tepatnya tanggal 8 Juli 1633, kemudian dirubah/diteruskan dengan perhitungan Tarikh Candra seperti Tarikh Jawa yang ada sekarang. Di Bali Tarikh Saka tidak dilakukan perubahan, tetap berpedoman dengan Tarikh Surya.
Majalah ”Sinar Agama” Juli 195, hal 17, menyebutkan lain, tahun Saka itu menjadi peringatan bagi kita, waktu Sri Aji Saka mulai menyebarkan ajaran Agama Hindu di Indonesia setelah tahun 78 M berakhir.
I Wayan Gina, pensiunan pegawai Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Karangasem, sekarang Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karangasem, berpendapat lain. Ia lebih cenderung mengatakan, bahwa Tarikh Saka dimulai setelah tahun 78 M, sebab kata Gina, selisih bilangan tahun saka adalah 78 (tanggal 1 Kadasa sampai dengan 31 Desember) dan atau 79 (1 Januari sampai Tilem Kesanga).
Wayan Gina, mengutip kalender Wuku Dwadasi Saka Warsa, halaman 3, menyebutkan pada hari Minggu tanggal 21 Maret 1979, Purnama Vaisakha mengumumkan, tarikh baru yang diberi nama Saka untuk mengenang kejayaannya. Tarikh ini berlaku mulai pukul 00.00 tanggal 22 Maret 1979.
Tarikh Saka yang berkembang di Bali samapai sekarang adalah tarikh Candra yang disesuaikan dengan Tarikh surya, terdiri dari 12 jenis bulan (sasih) dari Desta sampai Sada. Umur bulan–bulanannya tidak tetap, berkisar antara 29 dan 30 hari, berdasarkan tabel pengalihan Purnama – Tilem.
Tahun Saka (Bali) berakhir pada Tilem Kesanga atau bulan ke–9, karena angka 9 (Kesanga) tersebut bernilai paling tinggi dan telah mencapai akhir .dan ada bulan ke–9 matahari berkedudukan di atas garis khatulistiwa (Iswayana) dalam perjalanan menuju utara (Utarayana).
Purnama Temu Tilem
Desa Tenganan Pegringsingan, salah satu Desa Bali Age yang ada di Kabupaten Karangasem, Bali memiliki penanggalan (Tarikh Tenganan) tersendiri, karena terkait dengan kegiatan upacara keagamaan di desa yang memiliki keunikan budaya itu.
Tarikh Tenganan memiliki ’keanehan”, karena pada suatu saat terjadi purnama (bulan terang) nemu (bertemu)tilem (bulan mati), atau sebaliknya tilem nemu purnama. Kejadian tersebut dapat terjadi namun waktunya sangat lama, paling cepat setelah kurang lebih 18 tahun.
MenurutI Wayan Gina yang kini usianya telah sepuh, kejadian Purnama nemu Tilem atau sebaliknya tidak aneh. Beda antara bulan (candra) sebagai satelit bumi dengan bulan sebagai bagian dari tahun. Purnama yang dimaksud disini, bulan sebagai bagian dari tahun sudah sempurrna keadaannyaatau disebut nedeng. Bukan berarti bulan (candra) sebagai satelit bumi itu nampaknya sempurna (bulat penuh). Kenapa Purnama (nedeng) dinyatakan setiap tanggal 15, sebab umur bulannya pada umumnya 30 hari
Putu Wijaya Sang Loper Koran Asal Karangasem Sukses Di Rantau
1729Unik, Nyepi di Bali Bersamaan dengan Gerhana Matahari
4062MAKNA NGELINGGIHANG DEWA HYANG
4065Ritual Unik di Desa Adat Asak Karangasem - Nyepeg Sampi Beramai-ramai untuk Menetralisir Alam
1723MENYONGSONG HADIRNYA SEORANG “NEGARAWAN”
Total Hits : 2326089
Pengunjung Online: 3