Oleh : karangasemkab | 25 November 2013 | Dibaca : 1125 Pengunjung
Beberapa pengertian tentang konsep Media Tradisional mengacu kepada Kerangka Acuan “Arah Pengembangan dan Pemberdayaan Lembaga Media Tradisional” (Kelompok-kelompok Seni Pertunjukan Tradisional) dari Direktorat Kelembagaan Komunikasi dan Desiminasi Informasi Departemen Komunikasi dan Informatika RI seperti terurai dibawah ini.
Pengertian Lembaga Tradisonal
Lembaga Media Tradisional adalah kelompok kesenian pertunjukan rakyat yang melakukan kegiatan penyebarluasan informasi.
Fungsi Media Tradisonal
Sarana hiburan, pendidikan, kontrol sosial, pelestarian danpengembangan nilai-nilai budaya bangsa, pemersatu dan perekat kesatuan, pemelihara identitas dan orientasi budaya bangsa serta sebagai “sarana desiminasi Informasi”
Unsur Lembaga Media Tradisional
1.Organinsasi: sistim pengelolaan (manajemen), tenaga pelaksana (SDM) dan modal kerja
2.Pertunjukan didepan khalayak/masyarakat yang mengandung informasi baik langsung maupun melalui audio visual
3.Pendukung (pembina,pengguna/penanggap/users, penoton dan pemerhati)
Arah Pengembangan Lembaga Media Tradsional Sebagai Sarana Desiminasi Informasi
Visi: “Terwujudnya lembaga media tadisional yag profesinal mandir.dan populer dalam rangka mennkatkan kualitas dan kelancaran arus informasi yang efktif dan efesien menuju masyarakat informasi yan adil dan sejahtera”
Misi:
1.Meningkatkan kemandirian Lembaga Media Tradisinal sebagai sarana desimnasi iformasi
2.Meningkatkan profesinalisme pengelolaan Lembaga Media Tradisinalsebagai sarana desiinasi informasi
3.Meningkatkan dan memantapkan peran Lembaga Media Tradisinal sebagai saluran komuikai tibal balk antara pemeritah dan masyarakat, serta unsur-nsur dalam masrakat.
4.Mendorong pera Lembaga Media Tradisinal dalam rangka meujudkan pemerataan Informasi
5.Mendorong Lembaga Media Tradisional dalam mewujudkan masyarakat informasi yang adil dan sejahtera.
Tujuan:
Mengembangkan organisasi dan aspek-aspek yang meliputi manajemen, sumber daya manusia dan moal :
1.Mengembangkan kinerja pertunjukan Lembaga Media Tradisional
2.Meningkatkan kesadaran inisiatif dan partisipasi pendukung lembaga media tradisional yang terdiri dari pembina, penaggap (user’s) dan penonton (audiens)
Sasaran:
1.Terwujudnya sistem pengelolaan organisasi yang baik pada Lembaga Media Tradisinal
2.Tercapainya kinerja Lembaga Media Tradisinal dalam desiminasi informasi terwujudnya elemen pendukung (pemerintah, pelakuk seni, dunia usaha, media masa dan masyarkat ) yang berpartiipasi aktif dalam pengembangan Lembaga Media Tradisional.
Strategi Pengembangan dan Pemberdayaannya
Komponen utama:
1.Pemerintah dalam hal ini Departemen Komunkasi dan Informatika Departemen Pendidikan Nasional, Dep. Kebudayaandan Pariwisata, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasiserta Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2.Setiap kelompok media tradisional (pihak yang paling bertanggungjawab terhadap pengembangankelompoknya masing-masing)
3.Partisipasi aktif masyarakat pendukung (pembina, penanggap,penonton, pengusaha)
4.Kalangan pemerhati sebagai pemberi kritikdan masukan
5.Media Massa
Tahapan Pengembangan:
1.Pemetaan Kondisi media tradisional, antara lain:
ØPengumpulan dan up-dating data tentang kelompok media tradisional yang biasa dijadikan sarana desiminasi informasi
ØPembuatan sistem pelaporan
2.Pengembangan model kelompok media tradisional yang dapat dijadikan pertunjukan :
ØMengembangkan klompok-kelmpok/group pertunjukan rakyat tradisional sebagai sarana desiminasi informasi
ØMengadakan permodelan pertunjukancontoh petunjukan rakyat tradisional melalui kelompok-kelompok /grup pertunjukan rakyat tradisional yang terbaik dan berprestasi
ØMengekspose kelompok tersebut di media massa modernterutama televisi sebagai role model bagi kelompok lain, dan perluasan jangkauan khalayak.
3.Pengembangan kesadaran “stakeholders” tentang pentingnya kelompok media tradisionalsebagai sarana desiminasi
ØSocial marketing atau pemasaran sosial
ØSocial engineering atau rekayasa sosial
ØPromosi melalui pertunjukan dimedia massa seperti televisi, radio, dan ditengah tengah masyarakat/panggung terbuka
ØPemberitaan kelompok media tradisional di media cetak dan elektronik
Hasil yang diharapkan: meningkatnya pengetahuan, pemahaman kesadaran dan prilaku stekholers mengenai pentingnya kelompok media tradisional sebagai sarana desiminasi informasi
4.Pengembangan jaringan kerja (network) kelompok media tradisional dalam suatu wilayah (antar Kabupaten, Provinsi dan seluruh Indonesia)
ØMemfasilitasi pembentukan forum komunikasi media tradisional (FK.Metra) ditiap provinsi
ØMemfasilitasi pertemuan antarlembaga/kelompok media tradisional
ØMendorong kerjasama(kemitraan) antar kelompok media tradisional dan media massa dalam tukar-menukar informasi, pengalaman dan sosialisasi program kebijakan pemerintah.
Hasil yang diharapkan:
Semakin meluasnya jaringan lembaga media tradisional sebagi sarana desiminasi informasi
Bermunculannya forum-forum paguyubanKomunikasi lembaga media tradisional
Meningkatnya frekwensi dan intensitas pertemuan antarlembaga media tradisional
5.Penguatan efektif kelompok media tradisional sebagai sarana desiminasi informasi
Mengadakan workshop, seminar, sarasehan dibidang media tradiional
Kegiatan festival/apresiasi (Nasional & Regional)
Penganugrahan dibidang Media Tradiionl (Media tradisional award)
Pertemuan antar kelompok media tradisionl yang sistimatik dan terpadu
Monitoring dan evaluasi kegiatan kelompok media tradisional
Hasil yang diharapkan
Meningkatnya pengetahuan (wawasan) tentang berbagai ragam masalahsoialsebagai konten dalam kegiatan desiminasi informasi
Meningkatnya kemampuan kelompok media tradisional melalui seni pertunjukandalam penyampaian informasi
.Pengembangannilai tambahan kelompok media tradisional sebagai sarana desiminasi informasi
Mengadakan kompetisi melalui festival/apresiasi antar kelompok-kelompok/grup pertunjukanrakyat tradisional
Mengadakan pagelaran seni pertunjukanrakyat tradisional
Melaksanakan lomba dalam satu jenis media tradisional
melaksanakan malam apresiasi
Hasil yang diharapkan
Bertambah populernya media tradisional
Meningkatnya tarif/nili jual pertunjukan kelompok media tradisional
Tersalurnya ekspresi seni
Tidak semua seni pertunjukan tradisonal dapat dikategorikan sebagai “Media Tradisional”. Seni Pertunjukan Tradsional yang termasuk Media Tradisional adalah seni yang meiliki kemampuan dalam menyebarluaskan informasi
Mengacu kepada kerangka acuan “Arah Pengembangan dan Pemberdayaan Lembaga Media Tradisional” (Kelompok-kelompok Seni Pertunjukan Tradisional) dari Direktorat Kelembagaan Komunikasi dan Desiminasi Informasi Departemen Komunikasi dan Informatika RI, yang diantaranya memuat 10 (sepuluh) alasan menjadikanpertunjukan rakyat potensial sebagai saluran desiminasi informasi yaitu :
1.Mampu menyampaikan pesan dengan berbagai cara sekaligus dengan ucapan,gerakan, kata-kata dan gambar
2.Diakrabi oleh khalayaknya sehingga memiliki ikatan sosial kultural dengan penonton
3.Dapat dilakukan dialog antara penyampai pesan (pemain) dan penerima pesan (penonton)
4.Disamping sebagai penyampai pesan sekaligus juga penghibur
5.Pesan dapat diperjelas, dirinci dan diulang-ulang sehingga memperjelas pesan yang hendak disampaikan kepada khalayak
6.Ada unsur pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan
7.Dapat mengajarkan (memberi contoh) sesuatu yang harus dan atau tidak harus dilakukan oleh masyarakat
8.Dapat disisipi/dititipi banyak sekali pesan sehingga efektif sebagai saluran desiminasi informasi
9.Penyelenggaraannya dapat disesuaikan dengan situasi dankondisi lapangan
10.Dapat diangkat kedalam TV dan Radio baik untuk penyampaian pesan maupun untuk promosi pertunjukan rakyat itu sendiri.
Peran Lembaga Media Tradisional di Karangasem
Di Bali umumnya dan khusunya di Kabupaten Karangasem Desiminasi informasi (penyebarluasan informasi) kepada masyarakat disamping menggunakan media teknologi komunikasi modern juga masih menggunakan berbagai jenis media tradisional salahsatunya melalui seni pertunjukkan tradisional yang memenuhi karakteristik, karena kegiatan seni pertunjukkan tradisional dapat dibilang hampir tak dapat dipisahkan dengan aktivitas sosioreligius/budaya masyarakatnya Bali. Bahkanakan berjalan lebih efektif jika menggunakan media tradisional karena peran media tersebut masih melekat dihati masyarakat itu sendiri. Dan cerita yang ada di dalamnya merupakan sarana yang sangat efektif untuk memfasilitasi proses berbagi pandangan dan menggugah perhatian masyarakat terhadap isu tertentu.
Juga keberadaan media tradisional tidak dapat dilepaskan dari masyarakat/komunitas budaya pendukungnya. Tanpa adanya dukungan warga, keberadaan media tradisional tidak ada artinya. Dan ciri dari setiap media tradisional adalah partisipasi warga, melalui keterlibatan fisik atau psikis.
Kendati demikian untuk mencapai efektivitas komunikasi secara keseluruhan kita tetap membutuhkan bantuan dari media komunikasi lain yang bersifat modern. Yang mana media komunikasi modernkita ketahui pada kenyataannya memilikinilai lebih “unggul”, karena lebih cepat dan memiliki kemampuan menaklukkan ruang dan waktu.
Akan tetapi tidak bisa diterapkan secara efektif di kalangan masyarakat pedesaan karena adanya kendala aksesibilitas. Media cetak seperti koran dan majalah misalnya, terkendala kemampuan masyarakat untuk berlangganan. Media elektronik radio dan televisi, belum menjangkau seluruh wilayah perdesaan di Indonesia. Selain memiliki sifat bawaan “selintas dengar/lihat” sehingga isinya mudah dilupakan publik.
Sementara media baru yakni media online-interaktif, menghadapi kendala konektivitas karena biaya aksesnya relatif mahal dan ketersediaan infrastruktur pendukung belum berpihak pada kebutuhan masyarakat perdesaan.
Media tradisional tidak hanya sebagai obyek hiburan (spectacle) dalam fungsi pragmatis untuk kepentingan sesaat, tetapi dimaksudkan untuk memelihara keberadaan dan identitas suatu masyarakat.
Budaya tradisional pada hakekatnya berfungsi dalam memelihara solidaritas suatu masyarakat budaya, karenanya bersifat eksklusif. Setiap masyarakat budaya memiliki mitos yang khas yang menjadi perekat kelompok/komunitas. Dan mungkin dapat dikatakan bahwa seni tradisional yang ada disuatu daerah akan memiliki ikatan istoris dan ikatan emosional dengan masyarakat setempat, dan ikatan-ikatan ini akan menjadikan masyarakat merasa memiliki, membutuhkan dan mempunyai kewajiban untuk melestarikannya.
Berdasarkan uraian di atas, Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangasem di bawah kepemimpinan Ir. Gde Ngurah Yudiantara, M.M telah mencoba memanfaatkan Pertunjukan Seni Tradisional ini sebagai media desiminasi informasi pembangunan. Dan sejak tahun 2007 lalu telah menjalin kerjasama dengan salahsatu sanggar seni yang ada di Kabupaten Karangasem, yaituSanggar “KIN’STA”
Dari sekian banyak ragam seni yang dimiliki Sanggar KIN’STA, salahsatunya cabang seni yang dijadikanmitra media oleh Diskominfo Kabupaten Karangasem dalam penyebaran informasi pembangunan Karangasem adalah seni Bondres (sejenis lawakan) dengan ceritera tertentu dengan sasarannya masyarakat pedesaan di seluruh kecamatan (8 kecamatan) yang ada di Kabupaten Karangasem.
Informasi pembangunan yang kita sampaikan kepada masyarakat melalui bondres bekerjasama dengan instansi/SKPD di lingkungan Pemkab Karangasemsebagai narasumbernya diantaranya instansi: Dinas Kesehatan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian dan tanaman Pangan, Koperasi dllnya. Dan dimasa mendatang akan dirancang program yang sama dengan harapan semua SKPD dapat erlibat didalamnya.
Materi informasi pembangunan yang disampaikan meliputi:bahaya Narkoba/HIV/Aids bagi kesehatan,manfaat Koperasi sebagai sokoguru pembangunan, bahaya sampah plastik terhadap lingkungan, Flu Babi, Flu Burung, Rabies, Pupuk Bersubsidi dan lainnya.
Bondres salahsatuseni tarian topengtradisional yang cukup interaktif-komunikatif,diiringi gamelan gong kebyar ataugeguntangan, penarinya/pemainnya 3 – 4 orang laki/perempuan.
Masing-masing pemain memerankan tokoh peransesuai alur skenario dengan materi pesan-pesan pembangunan yang disampaikan kepada publik. Masing-masing tokoh peran dalam TopengBondres memilikinama seperti: Penasar, Ujil, Prabu, Desak Rai dan Liku.
Ada peran wanita dilakoni pria, dan beberapa penampilan pisik pemain negenakan topeng berwajah lucu, sehingga dalam pementasan unsur hiburan lawakan sangat mendominasi.
Kritik dan saran yang menggelitik kepada publik dan pihak lain kerap disampaikan dengan kemasan rapi, sehingga pihak-pihak tertentu tidak merasa “ditelenjangi”.
Dalam pementasannya,para pemain Bondres sekaligus memerankan sebagai moderator dalam tanyajawab antara pemerintah sebagai narasumber (instansi terkait) dengan penonton/masyarakat sebagi penerima informasi demikian sebaliknya.
Pesan materi yang disampaikan menggunakan bahasa masyarakat setempat yang komunikatif, campuran daerah-nasional yang mudah dimengerti masyarakat.
Ternyata dari hasil melaksanakan pertunjukkan Bondres ke desa-desa antusias masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan ini cukup tinggi terlebih jika kegiatan ini dilaksanakan pada saat saat ada piodalan (upacara ritual) diPura (tempat suci umat Hindu). Ini berarti pesan-pesan pembangunan yang disampaikan sangat efektif karena diserap oleh banyak orang yang kemudian disebarluaskan kepada anggota masyarakat lainnya.
Putu Wijaya Sang Loper Koran Asal Karangasem Sukses Di Rantau
1729Unik, Nyepi di Bali Bersamaan dengan Gerhana Matahari
4062MAKNA NGELINGGIHANG DEWA HYANG
4065Ritual Unik di Desa Adat Asak Karangasem - Nyepeg Sampi Beramai-ramai untuk Menetralisir Alam
1723MENYONGSONG HADIRNYA SEORANG “NEGARAWAN”
Total Hits : 2325597
Pengunjung Online: 2