Baca Artikel

Gerakan Nasional Cinta Museum Oleh: I Komang Pasek Antara

Oleh : karangasemkab | 14 Maret 2014 | Dibaca : 747 Pengunjung

Adanya kebijakan Pemerintah Indonesia menjadikan tahun 2010 lalu sebagai Tahun Kunjungan Museum/Visit Museum Year (VMY) patut kita syukuri, karena memberikan dampak positif utamanya bagi sejarah perjalanan peradaban manusia/masyarakat suatu bangsa. VMY juga bermanfaat sebagai   media informasi budaya dalam upaya meningkatan kualitas/kuantitas pendidikan bagi mahasiswa/pelajar dan masyarakat Indonesia khususnya. Dengan demikian nantinya VMY dapat lebih mempertebal kecintaannya terhadap nilai-nilai hasil produk-produk budaya para pendahulunya. Bahkan disisi lain, sosial ekonomi masyarakatpun mendapat nilai tambah dari pergerakan kunjungan masyarakat/wisatawan ke Museum, karena VMY bertujuan meningkatkan jumlah pengunjung serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bagsa. Juga, Tahun Kunjung Museum 2010 lalu merupakan momentum awal memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang dilaksanakan selama 5 tahun (2010-2014).

Nah, bagaimana hasil VMY selama tiga tahun sejak tahun 2010 lalu hingga sekarang memasuku tahun 2014?. Belum ada informasi evaluasi tahunan apakah sudah ada apresiasi signifikan terhadap jumlah kunjungan masyarakat ke Museum, atau sebaliknya?. Terlepas masalah VMY, bagaimana kiat Museum sebagai media informasi budaya bangsa dapat terus diapresiasi oleh masyarakatnya.

Sepintas, Museum sudah banyak dikenal oleh masyarakat hanya terbatas sebagai tempat penyimpanan barang-barang antik kuna yang tidak dipergunakan lagi. Padahal tidak sebatas itu. Bagaimana sebenarnya hakekat dan fungsi Museum?

Sejarah Museum
Museum di negara kita Indonesia telah ada sejak tahun 1062 lalu, didirikan oleh Pemerintah India Belanda, berlokasi di Jakarta. Berdirinya museum itu, diawali dengan adanya usaha-usaha pengumpulan benda-benda warisan budaya Bangsa Indonesia untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan masa lalu, kini dan akan datang.

Museum yang pertama berdiri itu, bernama Bataviaasch Genootschop Vfan Kunsten En Westencshappen, kini Musuem Nasional, terletak di jalan Merdeka Barat No.12 Jakarta. Sebelumnya Museum itu bernama Gedung Gajah dan Gedung Arca, yang sampai saat ini menyimpan puluhan ribu lebih buah koleksi. Sedangkan di Eropa, sejarah pemuseuman berasal dari kamar-kamar barang ajaib milik para sarjana, bangsawan, raja, dan hartawan.

Perkembangan Museum di Belanda sangat mempengaruhi perkembangan Museum di Indonesia. Diawali oleh seorang pegawai VOC yang bernama G.E. Rumphius yang pada abad ke-17 telah memanfaatkan waktunya untuk menulis tentang Ambonsche Landbeschrijving yang antara lain memberikan gambaran tentang sejarah kesultanan Maluku, disamping penulisan tentang keberadaan kepulauan dan kependudukan. Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda makin jelas dengan berdirinya lembaga-lembaga yang benar-benar kompeten, antara lain pada tanggal 24 April 1778 didirikan Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, lembaga tersebut berstatus lembaga setengah resmi dipimpin oleh dewan direksi. Pasal 3, dan 19 Statuten pendirian lembaga tersebut menyebutkan bahwa salahsatu tugasnya adalah memelihara Museum  yang meliputi: pembukuan (boekreij); himpunan etnografis; himpunan kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan keramik; himpunan muzikologis; himpunan numismatik, pening dan cap-cap; serta naskah-naskah (handschriften), termasuk perpustakaan.
Fungsi Museum   
Kata “Museum” berasal dari kata Muze, oleh orang Yunani Klasik diartikan sebagai kumpulan sembilan Dewi, perlambang ilmu kesenian. Kesenian itu sendiri merupakan budaya manusia bersifat universal, selain beberapa sistem yang ada yakni: religi, teknologi, organisasi kemasyarakatan, bahasa, pengetahuan dan mata pencaharian. Kesemuanya itu , juga merupakan materi koleksi museum secara umum.


Sebagai lembaga ilmiah, tentu Museum mempunyai berbagai fungsi. Berdasarkan kebijaksanaan pengembangan permuseuman Indonesia berpegang pada rumusan ICOM (Internatiaonal Council Of Museum).  Museum mempunyai sembilan fungsi, yakni :
1)    mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya; 2) dokumentasi dan penelitian ilmiah; 3) konservasi dan preparasi; 4) penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum; 5) pengenalan dan penghayatan kesenian; 6) pengenalan kebudayaan antardaerah  dan bangsa; 7) visualisasi warisan alam dan budaya; 8) cermin pertumbuhan peradaban umat manusia dan; 9) pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Di Indonesia, sekarang sudah ada sekitar ratusan jumlah Museum khusus dan umum baik negeri maupun swasta  tersebar di seluruh Nusantara. Museum-museum yang telah berdiri di Indonesia minimal setiap propinsi memiliki Museum negeri sebagai Museum daerah. Selebihnya Museum khusus milik pemerintah dan swasta. Idealnya Museum, bukanlah suatu lembaga bisnis yang mencari keuntungan sebesar-besarnya, seperti pelayanan bisnis lainnya, melainkan lebih dominan fungsi sosial (pendidikan) dan rekreasi.

Museum adalah media informasi, pendidikan dan rekreasi yang merupakan hasil peradaban budaya manusia/masyarakat yang pernah hidup di jagat raya ini. Dari sekian Museum khusus di Indonesia , ada beberapa yang kami sebutkan , diantaranya; Museum Perangko (Jakarta), Museum Kereta Api (Jateng), Museum Geogoli (Bandung), Museum Jamu (Semarang), Museum Negeri Provinsi Bali (Bali), Museum Istana Bima (Nusa Tenggara Barat), dan Museum Kebudayaan Asmat (Irian Jaya) dll.

Di Bali  sudah ada puluhan Museum Khusus dan Umum tersebar di kabupaten /kota diantaranya: Museum Subak (Tabanan), Museum Semarajaya (Klungkung), Museum Sidik Jari (Denpasar), Museum Manusa Yadnya (Badung), Museum Gedung Kertya (Buleleng), Museum Seni Klasik Nyoman Gunarsa, Museum Neka Gianyar, Museum L Mayeur (Denpasar), Museum Antonio Blanco dll.

Kreteria Museum
Permuseuman di Indonesia pada saat ini ditangani oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Untuk Museum-museum negeri propinsi  diklasifikasikan menjadi tiga tipe A, B dan C. Tipe yang disebut pertama itu adalah utama. Kreteria tipe dimaksud, dinilai dari segi luas fisik bangunan tanah lokasi, materi koleksi, dan personel pengelola.

Benda-benda yang layak dijadikan koleksi Museum sesuai ketentuan, salah satu syarat diantaranya: (1) mempunyai nilai sejarah dan nilai ilmiah (termasuk nilai estetika). (2) dapat diidentifikasikan mengenai wujudnya (morfologi), tipe (typologi), gaya (style), fungsi, maknanya, asal secara historis dan geografis, genus (dalam orde biologi) atau perieode (dalam geologi khususnya untuk benda sejarah alam); (3) harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadiran (realitas dan eksistensinya) bagi penelitian ilmiah; (4) harus dapat dijadikan monumen, atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam dan budaya;  (5) benda asli (real) replikasi atau reproduksi yang sah menurut persyaratan permuseuman.

Sedangkan jenis dan bentuk benda-benda yang dijadikan koleksi museum umum negeri diantaranya: sejarah alam, paleotologi, prehistorika, arkeologika, historika, naskah, nimismatik, dan heraldika, keramik asing, seni rupa, karya cetak,etnografi, dan benda hasil abstraksi dll.

Harapan Masa Depan Museum Indonesia
Mengelola sebuah Museum bukan tanpa tantangan dan kendala, mendirikan mudah tapi pemeliharaannya butuh biaya tidak sedikit. Menurut Direktur Permuseuman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Dra. Intan Mardiana yang dimuat di salah satu media cetak lokal di Bali, bahwa sekitar 150 unit atau lebih dari 60 persen dari 275 Museum di Indonesia sedang kolaps. Penyebabnya mulai kelemahan manajemen, ketiadaan anggaran, sampai tidak ada pengunjung. Dra. Intan Mardiana mengatakan hal tersebut pada acara Workshop GNCM di Museum ARMA Desa Peliatan, Ubud, Gianyar Desember  2010 lalu.

Benar, umumnya Museum di Indonesia relativ kurang diminati pengunjung domistik kalau ada pengunjung itu umumnya anak-anak sekolah yang diintruksikan oleh gurunya saat liburan wisata. Tetapi lebih banyak mendapat apresiasi dari wisatawan asing saat berwisata ke Indonesia. Harapan kita bersama VMY 2010 dapat dijadikan tonggak sejarah mulai bangkitnya Museum di tanah air. Paket-paket tur wisatawan diharapkan lebih memberikan kesempatan untuk berkunjung ke Museum. Sekaligus sebagai media informasi dan promosi kepada wisatawan akan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Pihak sekolah saat berwisata disamping mengunjungi obyek wisata alam, hendaknya juga memprogramkan berkunjung ke Museum, karena disamping sebagai media rekreasi juga media pendidikan. Dengan demikian ”Yuk Bekunjung ke Museum” menjadi slogan khusunya pada para remaja.

Dipihak lain juga pengelola Museum diharapkan terus membenahi kualitas pengelolaan, pelayanan/SDM yang profesional, kualitas/kuantitas koleksi dan pendukung lainnya, karena dapat memberikan rangsangan untuk mempromosikan kepada teman/keluarga untuk mencintai dan berkunjung ke Museum.. Semoga!!!



Artikel Lainnya :

Lihat Arsip Artikel Lainnya :

 



Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Karangasem


Artha Negara, S.STP., MAP
NIP. 19820722 200012 1 001
Waktu Pelayanan
Hari Senin-Kamis: Jam 07.30-15.00 wita
Hari Jumat: Jam 7.30-13.00 wita
Kritik Saran
Polling
Bagaimana Penilaian Anda Terhadap Website Diskominfo?
Statistik

Total Hits : 2012522

Pengunjung Online: 3