Oleh : karangasemkab | 14 Maret 2014 | Dibaca : 1760 Pengunjung
Oleh: I Komang Pasek Antara
Perkembangan teknologi informasi-komunikasi akhir-akhir ini mampu menmebus batas jarak sosiologis semakin dekatdan mempercepat aktivitas penyebaran informasi.Sebagai bagian evolusi peradaban manusia tentu perkembangan itu akan mempengaruhi kondisi soial budaya yang ada di Indonesia. Akan tetapi pada kenyataan ditengah perkembangan teknologi komunikasi yang demikian pesat, teknologi berakar pada adat dan budaya atau teknologi tradisional masih tidak bisa dilupakan dan bisa dimanfaatkan dengan baik.
Teknologi komunikasi tradisional atau media tradisional yang masih mendapatkan tempat dihati masyarakat, salahsatunya berwujud seni pertunjukkan tradisional atau pertunjukkan rakyat.
Hampir semua semua suku bangasa di negara ini memiliki seni pertunjukkan rakyat. Kondisi ini tetntu memberikan vibrasi saluran desiminasi informasi karena memiki ikatan sosikultural yang melekat direlung hati masyarakat.
Di Pulau Dewata, Bali, kegiatan seni pertunjukkan tradisional dapat dibilang hampir tak dapat dipisahkan dengan aktivitas sosioreligius masyarakatnya.
Ritual mayoritas penduduknya pemeluk agama Hindu jelas sangat kental dengan nunsaseni pertunjukkan tradisional, Tak heran jika kemudian seni pertunjukkan seni tradisinal Bali masih terasa dan dapat eksis bahkan telah mengembang menjadi bagian dari kehidupan sosial-ekonomi rakyat serta menarik bagi bagi pengembangan pariwisata.
Ragam Pertunjukkan Rakyat Bali
Beberapa seni pertunjukkan rakyat yang tumbuh dan hidup di Bali memiliki peran strategis,. Bnyak diantara ragam pertunjukkan juga telah dikembangkan sebgai wahana desiminasi informasi timbal balik antarpemeritah dengan masyarakat.
Banyak pula informasi pembangunan publik diantaranya: bahaya Narkoba/HIV/Aids bagi kesehatan, manfaat Koperasi sebagai sokoguru pembangunan, bahaya sampah plastik terhadap lingkungan dan lainnya disebarluaskan lewat seni rakyat ini.
Beberapa Sekehe (organisasi) seni pertunjukkan yang sering tampil di masyarakat baik dalam serangkaian upacara agama/adat maupun resmi (non agama/adat) diantaranya: Bondres, Wayang Kulit, Genjek, Cakepung, Arja, Drama Gong, Sendratari dll.
Seni pertunjukkan tersebut mampu menyampaikan pesan dengan berbagai cara: ucapan, gerakan, kata-kata dan gambar.Para seniman melalui media pertunjukkan tradisional memiliki talenta mengolah dan menginformasikan konsep-konsep pembangunan publik pesanan dari semua pihak dengan cara menghibur tanpa menghilangkan alur ceritera dan pakem utamanya.
Topeng Bondres
Bondres salahsatu seni tarian topeng yang diiringi gamelan gong kebyar atau geguntangan, penarinya/pemainnya 3 – 4 orang laki/perempuan.
Masing-masing pemain memerankan tokoh peran sesuai alur skenario dengan materi pesan-pesan pembangunan yang disampaikan kepada publik. Masing-masing tokoh peran dalam Topeng Bondres memiliki nama seperti: Penasar, Ujil, Prabu, Desak Rai dan Liku.
Ada peran wanita dilakoni pria, dan beberapa penampilan pisik pemain negenakan topeng berwajah lucu, sehingga dalam pementasan unsur hiburan lawakan sangat mendominasi.
Kritik dan saran yang menggelitik kepada publik dan pihak lain kerap disampaikan dengan kemasan rapi, sehingga pihak-pihak tertentu tidak merasa “ditelenjangi”.
Dibandingkan dengan seni pertunjukkan lainnya yang ada di Bali, seni Topeng Bondres paling laku untuk hiburan masyarakat sekaligus penyebarluasan informasi pembangunan, karena komunikatif dan singkat.
Seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangaasem, Provinsi Bali, setiap tahun dalam kegiatan penyebarlausan informasi pembangunan kepada masyarakat di pedesaan.
Selain menggunakan media elektronik dan cetak, juga memanfaakan media seni tradisonal Bondres. Dalam pementasannya, para pemain Bondres sekaligus memerankan sebagai moderator dalam tanyajawab antara pemerintah sebagai narasumber (instansi terkait) dengan penonton/masyarakat sebagi penerima informasi.
Pesan materi yang disampaikan menggunakan bahasa masyarakat setempat yang komunikatif, campuran daerah-nasional yang mudah dimengerti masyarakat.
Cakepung
Seni Pertunjukkan Rakyat Tradisioanal Bali lainnya seperti Cakepung kerap dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem, Bali dalam penyebarluasan informasi pembangunan kepada masyarakat sekaligus hiburan.
Cakepung salahsatu seni satu-satunya di Bali hanya ada di Kabupaten Karangasem dan Lombok-Nusa Tenggara Barat. Cakepung Karangasem cukup populer dan pernah ikut festival seni pertunjukkan rakyat di Jakarta sekitar tahun 1980-an.
Saking populernya seni Cakepung sekitar tahun 1990-an, beberapa pejabat Pemerintah Kabupaten Karangasem ikut menjadi pemain seni Cakepung sebagi bukti menjadi contoh pelestari seni.
Cakepung berasal dari kata Encep dan Pung. Encep berarti perpaduan antara tabuh, irama dan tari yang harmonis dan rapi. Pung berarti tiruan dari suara salahsatu perangkat gamelan gong.
Jumlah pemain Cakepung sekitar 10 – 15 orang laki-laki mengenakan pakaian khas adat Bali duduk melingkar. Irama lagu yang dilantumkan dalam pementasan adalah tiruan bunyi alat-alat gamelan Bali yang disuarakan lewat mulut oleh seluruh pemain.
Seperangkat alat gamelan yang ditirukan adalah kendang, rincik, jegog, kempur dll. Perpaduan bunyi tersebut angat harmonis kedengarannya. Dalam pementasanya juga ada dilantumkan pembacaan naskah lontar yang berkaitan dengan sejarah.
Selingan pesan-pesan pembangunan dapat disampaikan pada bait terakhir dari irama lagu Cakepung, yakni seorang pemain Cakepung menari di tengah-tengah lingkaran sembari melagukan lelakaan (pantun) seperti program Keluarga Berencana dan Pancasila.
Berikut kutipan pantun:
Panak biu di Desa Samuh
Panak curik di Abian Aya
Panak liu mekadi inguh
Panak abedik mekada sadia
Artinya:
Anak pisang di Desa Samuh
Anak jalak di kebun Aya
Anak banyak membuat bingung
Anak sedikit membat bahagia
Ke Desa Kastala meli kekara
Ke Desa Selumbung meli nasi
Pancasila dasar negara
Ngiring jungjung sareng sami
Artinya:
Ke Desa Kastala membeli kekara
Ke Desa Selumbung membeli nasi
Pancasila dasar negara
Mari kita jungjung bersama
(Naskah Sarasehan Karya Wisata Budaya Kowilhan III)
Wayang Kulit
Seni pertunjukkan wayang kulit hampir dimiliki oleh suku bangsa di tanah air. Di Bali pertunjukkan wayang kulit tidak saja tampil dalam kaitannya dengan ritual kegamaan, tetapi juga ajang hiburan semata sebagai media pembawa pesan-pesan publik yang disekenariokan oleh kidalang.
Wayang Bali pesan-pesan publik diperankan oleh tokoh-tokoh punakawan: Delem, Sangut, Merdah, Tualen dan lainnya. Tokoh tersebut paling dominan menyampaikan pesan sosial yang dibungkus humor.
Di Bali, sekarang sedang ngetrend pertunjukkan Wayang Cenkblonk dengan dalang jebolan Institut Seni Indoensia Bali, I Ketut Nardayana, karena disamping kualitas Sang Dalang yang tinggi dalam memainkan wayang, juga sarana pendukung pertunjukkannya modern menggunakan kelir lebar, efek tata suara, dan tata lampu listrik yang canggih. Jok-jok segarnya kerap menyentil pihak tertentu.
Genjek
Genjek, seni pertunjukkan rakyat Bali mirip seni Cakepung yang sejak 10 tahun terakhir ini sempat ngetop di bumi Bali, dapat dipakai media penyaluran informasi pembangunan kepada masyarakat.
Belum lama lembaga Badan Narkotika Daerah Kabupaten Karangasem pernah membuat lomba pagelaran Genjek se-Kabupaten Karangasem dengan topik bahaya Narkoba.
Lagu-lagu yang disampaikan oleh pemain Genjek wajib melantumkan lagu yang materinya mengajak masyarakat menghindari bahaya narkoba terhadap kesehatan.
Genjek tergolong seni suara kombinasi gerak tari dengan iringan gamelan tradiosnal. Para pemain semuanya laki-laki sekitar 10-15 orang duduk melingkar menyanyikan lagu-lagu dipadukan harmonis dengan suara gamelan tiruan dari mulut para pemain.
Drama Gong dan Sendratari
Drama Gong, seni drama pertunjukan rakyat yang diringi seperangkat gamelan Bali. Berbagai materi ceritera tradisional/kontemporer dapat diangkat dalam pementasan.
Pesan-pesan publik disampaikan oleh para punakawan. Nama punakawan tidak tetap seperti punakawan dalam wayang kulit dan Bondres, tergantung dari organisasi Drama Gong bersangkutan memberikan nama sesuai ceritera.
Nama punakawan dalam Drama Gong diambil dari istilah yang mengandung makna lucu, diantaranya: Dolar, Petruk, Gangsar, Gingsir, Dabdab, Moleh, Mongkeg.
Pertunjukkan Seni Drama dan Tari (Sendratari) personil pemainnya lebih banyak mencapai 50 – 100 orang dibandingkan dengan seni pertunjukkan lainnya di Bali.
Tema ceritera biasanya diambil dari kisah pewayangan. Para pemain dipanggung hanya melakukan gerak/tari sesuai tokoh yang diperankan.
Sedangkan, semua dialog dari alur cerita diatur oleh Sang Dalang termasuk pesan-pesan publik disampaikan.
“Menyelam Sambil Minum Air”
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangaasem, Ir. Gde Ngurah Yudiantara, M.M. dalam kegiatan pembangunan informasi-komunikasi selalu menggunakan saluran media seni tradisional sebagai penyebar informasi pembangunan ke masyarakat disamping media cetak dan elektronik. Menurut dia, media tradiosional lebih familiar, komunikatif dan akrab dihati masyarakat.
Agar penyebaran informasi lebih efektif ke masyarakat, pihaknya memanfaatkan kesempatan saat di masyarakat ada kegiatan adat/keagamaan/sosial ikut nimbrung menggelar pertunjukkan seni untuk menghibur sekaligus menyampaikan pesan-pesan pembangunan. “menyelam sambil minum air,” katanya.
Biasanya, sebelum seni pertunjukkan mulai digelar, terlebih dahulu ditanyangkan film berdurasi singkat materinya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan oleh para seniman melalui pertunjukkannya.
Putu Wijaya Sang Loper Koran Asal Karangasem Sukses Di Rantau
1729Unik, Nyepi di Bali Bersamaan dengan Gerhana Matahari
4062MAKNA NGELINGGIHANG DEWA HYANG
4065Ritual Unik di Desa Adat Asak Karangasem - Nyepeg Sampi Beramai-ramai untuk Menetralisir Alam
1723MENYONGSONG HADIRNYA SEORANG “NEGARAWAN”
Total Hits : 2325575
Pengunjung Online: 2